Riview Buku Laki-Laki yang Tak Berhenti Menangis - Rusdi Mathari
Riview Buku "Laki-Laki yang Tak Berhenti Menangis"
Judul Buku: Laki-Laki yang Tak Berhenti Menangis
Penulis : Rusdi Mathari
Penerbit : Buku Mojok
Tahun Terbit : 2021, cet ke 8
Tebal : 115 h
Buku ini merupakan buku kelima Rusdi Mathari, yang berupa kumpulan tulisan tentang refleksi diri sebagai seorang manusia dan pemahaman Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Terdiri dari 23 tulisan yang tidak saling berhubungan.
Dalam salah satu tulisan “Perayaan”, Rusdi Mathari seperti
memberikan ucapan perpisahan kepada para pembaca dan orang-orang yang
mengenalnya. Penulis menceritakn bagaimana kondisi yang saat itu sedang di
alaminya, yang kemudian beliau benar-benar meninggalkan dunia ini. Al-fatihah..
Beberapa tulisan dalam buku ini berupa kisah-kisah para
rasul dan sahabatnya yang sering kita
dengar, seperti pada tulisan “Khidir” yang menceritakan nabi Musa berguru
kepada nabi Khidir. Kemudian kisah-kisah yang terdapat pada kitab klasik
‘usfuriyah, seperti pada tulisan “ilmu” yang menceritakan tentang kaum khawarij
yang dengki dan tidak mempercayai keilmuan Ali bin Abi Thalib. Meskipun
demikian, penulis bisa menyampaikannya dengan bahasa yang lebih mudah dipahami
sehingga pembaca tidak bosan meskipun sebelumnya pernah membaca ataupun
mendengar kisah-kisah tersebut.
Beberapa tulisan lainnya dalam buku ini tentang toleransi
beragama yang dipadukan dengan kisah hidup penulis. Seperti dalam tulisan “Cathala”, bagaimana
seorang wali kota Creteil di Prancis melawan arus dengan mengizinkan
pembangunan masjid megah di kotanya. Berbeda dengan umat nasrani yang tinggal
di dekat rumah penulis, bahwa sulit bagi minoritas untuk mendirikan tempat
ibadah. Di dalam tulisan ini, Rusdi Mathari mencoba untuk mengingatkan bahwa
tidak ada ajaran kebencian dalam agama. Bahkan dalam ayat al-Qur’an maupun
tindakan nabi tidak ada yang melarang penganut agama lain untuk mendirikan
tempat ibadah, apalagi larangan untuk berbeda keyakinan.
Salah satu tulisan yang paling saya sukai dalam buku ini
yaitu pada tulisan “Kakbah”. Di mana penulis menceritakan bahwa Hamka yang
akhirnya menyadari bahwa Bait Allah yang
sesungguhnya adalah hati (qalbu) itu, dan hati itulah yang semsetinya
dibersihkan dari semua berhala kesyirikan, nafsu, kebencian dan semacamnya.
Ketika pertama melihat buku ini, saya bertanya-tanya tentang
judul buku ini, dan saya temukan pada tulisan “Kambing” yang menceritakan
tentang seorang laki-laki yang sepanjang
hidupnya menangis. Dialah nabiyullah yang menyadari kesombongannya karena
seekor kambing, dan tidak bisa meminta maaf karena kambing tersebut telah
lenyap. Maka sejak itulah orang-orang kemudian menjulukinya sebagai laki-laki
yang tak pernah berhenti menangis.
Komentar
Posting Komentar